Penampungan Hasil Olahan dan Disinfeksi
Penampungan air hasil olahan dimaksudkan untuk menampung air yang telah melalui tahapan pengolahan sebelum didistribusikan. Di penampungan ini pula proses disinfeksi dilakukan dengan cara klorinasi langsung pada volume air di penampungan maupun diijeksikan pada saluran transmisi sebelum masuk ke penampungan. Selain dengan klorinasi, dapat pula dilakukan dengan penyinaran ultra violet pada air untuk membunuh mikroorganisme yang masih terkandung dalam air.
Penampungan air olahan seharusnya tertutup untuk mencegah kontaminasi dari lingkungan sekitar. Pilihan disinfeksi dengan klorin untuk mencegah rekontaminasi dari lingkungan karena klorin memiliki efek residual yang tertahan lama dalam air. Berbeda dengan penyinaran yang mampu membunuh mikroorganisme tetapi tidak memiliki efek residual.
Beberapa penampungan yang digunakan seperti drum, torn, bladder, tangki oxfarm harus memiliki kelayakan bahan yang tidak memberikan paparan yang berbahaya bagi air yang ditampungnya. Contoh gambar penampungan dapat dilihat di bawah ini.
Disinfeksi
Penyinaran UV
![]() |
Perangkat Sinar UV |
Klorinasi
![]() |
Gas Cl2 |
![]() |
Ejektor Gas Cl2 |
Klorinasi dengan tablet klorin dosis tinggi dilakukan dengan menempatkan tablet tersebut dalam aliran air dan tablet akan melepaskan klorin secara lambat untuk menjaga kadar tetap dalam aliran air. Penempatan tablet ini dalam suatu piranti khusus dan ada regulator untuk menyesuaikan kadar dalam air.
Klorinasi dengan serbuk HTH atau disebut juga kaporit dilakukan dengan melarutkan serbuk tersebut dan larutannya diinjeksikan dengan dosing pump. Pengaturan pompa dosis dilakukan untuk mendapatkan dosis yang tepat seperti halnya regulator gas Cl2.
![]() |
Dosing Pump |
Klorinasi dengan serbuk HTH atau disebut juga kaporit dilakukan dengan melarutkan serbuk tersebut dan larutannya diinjeksikan dengan dosing pump. Pengaturan pompa dosis dilakukan untuk mendapatkan dosis yang tepat seperti halnya regulator gas Cl2.
Prosedur injeksi klorin dengan dosing pump biasanya disertakan dengan buku manual pompa dosis tersebut.
Pompa dosis terdiri dari kontainer larutan dan pompa injektornya. Pengaturan injektor terdiri 2 variabel yaitu volume per injeksi dan frekuensi injeksi. Variabel ini bermuara ada debit maksimal pompa dosis.
Perlu diperhatikan debit dari pompa tersebut sehingga kita bisa menghitung konsentrasi larutan yang dibutuhkan untuk mengklorinasi air tersebut. Kadar residu klorin yang diinginkan tetap harus diperiksa melalui pengujian kadar residu klorin.
Untuk contoh perhitungan klorinasi dengan pompa dosis, kita akan bahas dalam artikel lain yang membahas secara spesifik unit pengolahan air.
Cara manual klorinasi adalah dengan melakukan Metode Jar Test untuk menentukan kebutuhan HTH untuk sejumlah volume air. Hasil dari perhitungan tersebut dijadikan takaran untuk klorinasi (Baca Teknik Dasar Pengolahan Air Bagian 10: Menentukan Kebutuhan Klorin)
Prosedur untuk melakukan klorinasi langsung sebagai berikut:
- Pastikan volume air yang berada di penampungan. Nilai volume ini bisa didapat dengan memasang meteran air di saluran masuk penampungan.
- Lakukan Metode Jar Test Klorin dan lakukan perhitungan takaran HTH yang dibutuhkan
- Timbang serbuk HTH sesuai perhitungan dan larutkan dalam satu ember air
- Masukkan ke dalam penampungan air dan aduk secara merata.
- Waktu reaksi adalah 30 menit baru dapat dilakukan pengujian kadar residu klorin.
- Setelah lolos pengujian, air dapat didistribusikan
Tetap Harus Diperhatikan bahwa kadar residu klorin akan berkurang yang kecepatannya terpengaruh pada kondisi lingkungan seperti suhu dan kontak udara. Nilai yang berlaku pada bak penampungan disesuaikan dengan waktu air tersebut akan didistribusikan.
Comments
Post a Comment